Sabtu, 18 Oktober 2014

Saat Cinta Tak Berbalas

Saat Cinta Tak Berbalas
Cinta, aku benci kata-kata itu. terlalu sering sakit karena cinta. apakah salah jika aku ingin bahagia karena cinta. Sepertinya cinta belum memberikan aku kesempatan untuk bahagia karenanya.
Setelah sekian lama aku berusaha untuk menjaga hati ini agar tak jatuh dan sakit lagi karena cinta. namun apa mau dikata, lagi-lagi aku jatuh cinta dan harus merasakan sakit untuk kesekian kalinya.
Dia, laki-laki yang mampu meluluhkan serta menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku yang sudah cukup lama membeku, dan membuat hatiku merasa bahagia untuk sesaat. Namun, ternyata dia jugalah yang membuat hatiku hancur berkeping-keping, dan kembali sakit untuk kesekian kalinya, bahkan lebih sakit dari sebelum-sebelumnya.
Irkham namanya. Dia lah laki-laki yang aku cintai sekaligus aku benci. Entah apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus membencinya atau tetap menyayanginya walau dia sudah membuatku hancur.
Ini bukan salahnya, jika aku harus kembali sakit karena cinta. sejak awal Irkham tak pernah mencintaiku. Dia hanya menganggapku sebagai teman. Kebaikan hati dan sikap santunya lah yang membuatku luluh.
Banyak teman mengingatkanku, agar jangan bermain-main dengan hati, itu akan membuatku kembali sakit. Semua nasehat temanku tak ada yang ku dengar, masih saja ku coba-coba bermain hati, dan benar kini aku yang merasakan sakit itu, karena cintaku tak berbalas.
Hari dimana ketika Irkham mengungkapkan cintanya pada sahabatku sendiri, merupakan hari terburuk dan terkelam selama hidupku, hari dimana aku kembali merasa sakit dan hatiku terasa di hujam oleh sebilah pisau yang sangat tajam, terasa sangat perih sekali.
Kapal KRI yang kita gunakan dalam penyebrangan saat melakukan kuliah kerja lapangan atau yang biasa di sebut KKL dari kepulauan karimunjawa menuju pelabuhan tanjung mas, merupakan saksi bisu kehancuran hatiku.
Malam itu sekitar pukul 19:15, di atas kapal KRI, Irkham menyanyikan sebuah lagu untuk Dena yang berjudul Cuma Kamu yang merupakan lagunya Rhoma Irama, saat itu juga Irkham mengutarakan cintanya pada Dena yang tak lain adalah sahabatku sendiri, di depan seluruh teman kampusku.
Tak terasa, air mata menetes, membasahi pipiku. Saat itu aku hanya berharap agar Dena tak menerima cinta Irkham. Harapanku sirna ketika ku mendengar kata “iya” meluncur dari mulut Dena.
seketika dunia ku rasa runtuh, hatiku bergetar hebat. Hanya perih dan perih, yang aku rasakan. entah apa yang harus aku lakukan saat itu, hanya air mata yang terus mengalir semakin deras.
Segera ku berlari menuju ke bagian atas kapal, bukan maksud menghindar, tapi ku tak ingin yang lain melihat aku menangis. Biarlah kesedihan ini kesimpan sendiri. Dengan deraian air mata, ku menatap jauh ke laut lepas.
Sejak kejadian itu, ku mencoba mengikhlaskan Irkham untuk bahagia bersama Dena, walau sakit, namun inilah kenyataan yang harus ku hadapi. Kini kucoba menyusun kembali hati yang hancur karena Irkham. aku tak pernah menyesali hari-hari yang pernah aku lalui bersama cinta untuk Irkham, inilah liku-liku hidup yang harus aku jalani.

0 komentar:

Posting Komentar