Sabtu, 18 Oktober 2014

First Love In College

Aku nggak bisa dengan mudah menuangkan isi hati ke dalam kata-kata indah. Tapi kali ini aku akan mencoba melakukannya, demi menyatakan perasaanku yang sesungguhnya untuk dia.
Namanya Rahdy, teman sekelasku. Awal mula berkenalan hanya karena dia teman sekelasku. Berkenalan itu pun hanya sekedar menanyakan tugas, sms pun hanya sekedarnya saja. Semester 1 berjalan dengan mulus tanpa ada kejadian yang berarti.
Semester 2, semester paling sibuk. Awal semester 2 diwarnai dengan dekatnya aku sama dia. Ternyata cowok chubby nan judes itu humoris banget. Walau kadang-kadang judesnya itu nggak ketulungan. Anehnya, lama kelamaan rasa itu mulai ada. Rasanya kangen banget kalau nggak ketemu dia walaupun sehari, nggak dengar celotehan riangnya, nyubit tubuhnya yang gempal itu. Ish, namun aku nggak suka lihat dia deket sama cewek laen. Dia itu emang mudah akrab banget sama orang, apalagi cewek.
Akhirnya, aku beraniin diri buat bilang sama dia, kalau aku suka sama dia. Eh, dia malah nganggep aku main-main. Dulu tiap kali aku sms dia, pasti dibales terus biarpun dia sesibuk apapun. Tapi sekarang, kalau ada hal yang penting sekalipun, dia lamaaa banget bales sms aku. Di telpon nggak pernah diangkat. Sebenernya ada apa yah sama dia?
Walaupun sikapnya kayak gitu, aku tetep nggak bisa ngilangin perasaan suka ini. Hufh. Jatuh cinta itu emang absurd.
Pernah aku ngeberaniin diri manggil dia, eh dianya malah pura-pura nggak denger. Boong banget kalo nggak kedengeran, toh suara aku cemprengnya minta ampun. Rasanya sakit banget digituin.
Dia sekarang malah deket sama temen akrabku dulu, lilih sama luluh. Lilih emang orangnya easy going, jadi sama siapa aja dia cepet akrab. Kalo luluh, dia termasuk cewek pinter di kelas, IPnya aja cumlaude pas semester 1. Nah aku? Dengan IP yang pas-pasan, sama tampang yang juga pas-pasan, ditambah lagi sifat aku yang cueknya minta ampun, gimana mau dideketin sama cowok-cowok.
Well, life must go on with or without him.
UAS udah di depan mata. Niat mau belajar sungguh-sungguh, malah terabaikan gara-gara males. Males nih emang susah banget hilang.
Dari tempet duduk untuk UAS, aku nggak dipindahin lagi, tetep sama tempet duduk waktu UTS kemaren. Dia juga tetep ada disitu. Sial.
Selama UAS yang aku lihat cuma lembar soal, lembar jawaban dan dia.
Kadang aku ngayal, dia juga punya perasaan yang sama, apa dia bakalan nembak aku? Trus pacaran? Trus anak-anak sekelas pada tau? Dosen-dosen juga bakalan tau? Rasanya ribet banget kalo punya pacar di kelas yang sama.
Sayangnya, hanya di dunia khayal aku bisa milikin dia, ngobrol bareng dia, jalan bareng dia. Sedih banget sih jatuh cinta kayak gini. Apa sih salah aku sampe bisa suka sama dia?
UAS pun berakhir..
Nilai-nilai yang aku dapet pas UAS: lumayan lah, walau nggak bagus-bagus amat. Nggak ada C nya.
Semester 2 udah (hampir) berakhir. Dan selama 6 bulan itu, aku berusaha nutupin perasaan aku, walau mungkin dia tau, dan dia nggak berniat ngebales.
Dari hasil pengamatan aku dan sms-sms aku sama dia belakangan ini (aku masih sms dia walau kadang nggak dia bales) dia mulai tertarik sama dunia ‘stand up comedy’. Aku sih Cuma suka sama Raditya Dika-nya, dan nggak ngerti apa itu ‘stand up comedy’.
Aku pernah nanya waktu lagi smsan, kenapa dia nggak pernah mau bicara sama aku di kampus, dia Cuma ngebales: Talk Less Do More.
Aish. Rasanya hati aku lagi diiris-iris. Sakit dan perih.
Aku penasaran. Apa sih yang ada di dalam pikiran dia tuh? Pevita Pearce? Atau girlband korea yang lagi ngetop sekarang? Atau pacar (impian) dia yang di Jakarta? Entah lah. Yang pasti mungkin nggak ada aku disitu.
Bulan Ramadhan datang..
Ini udah hari ke 14 (pas aku lagi nulis cerpen ini), dan berita buruknya, sms aku nggak dibales-bales sama dia. Berita buruknya lagi, pas aku buka facebook, dia sibuk ngelike status temen-temen sekelas aku, tapi status aku nggak pernah dilike.
Berita buruknya lagi (nggak ada berita bagus kali ini) aku udah mulai kehilangan kabar dia. Sejujurnya, aku kangen banget sama dia. Walau aku pura-pura sms dengan karakter sedikit, walau aku pura-pura nggak peduli sama dia. Tapi di dalam hati ini, aku tetep berharap, dia ngebales perasaan aku.
Kemaren, aku nyoba sms dia. Cuma sms basa-basi sih, pura-pura nanyain kurs dollar ke rupiah. Sayangnya, nggak dibales lagi.
Kenapa sih aku bisa suka sama cowo kayak diaaaa???!!
Nggak terasa udah tanggal 27, saatnya ngisi KRS. Yang beruntungnya, saat ngisi KRS bertepatan sama kegiatan PPS (semacam OSPEK) adek tingkat. Lucu banget liat mereka yang dandanannya aneh-aneh. Oh iyah, aku berharap banget bisa ngeliat Rahdy. Tapi nggak ada tanda-tanda keberadaan dia. Hufh.
Jam udah nunjukin pukul setengah 10, dosen di depan bercuap-cuap menjelaskan tentang mata kuliah yang bakalan ada di semester 3 nanti, tangan aku sibuk nulis KRS, dan pikiran aku melayang mencari keberadaan Rahdy.
Jam 10. Lagi asik-asik ngukir tanda tangan di KRS, pintu ruangan diketuk. Masuklah sesosok laki-laki dengan rambut yang terkesan sengaja dipanjangin, dengan gaya sok cool. Seisi ruangan langsung bertepuk tangan dengan ria, terkecuali aku, seolah menyambut kedatangan dia, Rahdy. Pikiran yang terlintas di benak aku Cuma satu, dia kurusan. Dengan gaya khasnya, dia maju ke depan meja dosen dan mengambil lembaran KRS. Aku hanya bisa menatapnya dalam diam, sementara teman-teman yang lain tertawa melihat dia yang salah tingkah karena telat. Dia sama sekali tidak melihatku, walaupun Cuma sekilas.
Dengan canggung, akhirnya dia duduk di barisan belakangku. Ada hasrat ingin menegurnya, tapi hasrat itu hanya bisa aku pendam dengan diam. Akhirnya aku berpura-pura mengajak ngobrol temanku yang ada di sampingnya. Dia tetap diam, menatap lembaran KRS di tangannya. Ruangan makin ramai, sementara hatiku makin sepi. Seandainya semua orang di ruangan ini diam, mungkin akan terdengar suara retakan dari dalam dada ini. Dari hati ini.
Pengisian KRS selesai. Aku sengaja berlama-lama ada di ruangan itu karena Rahdy belum keluar juga. Namun sekali lagi, dia hanya melewati aku tanpa ada suara. Aku pun hanya terdiam. Rasanya hati ini makin retak, mungkin sebentar lagi akan pecah.
Di luar ruangan, aku melihat dia di ujung koridor, entah kenapa kaki ini malah berjalan menuju dia. Perlahan demi perlahan. Rahdy tetap asik memainkan jarinya dengan lincah di keyboard handphonenya. Sedikit lagi sampai. Rahdy mendongak, dan melihat sekilas ke arahku. Aku terhenti, diam, menatap dia yang masih sibuk dengan handphonenya. Ingin rasanya aku menubruk, dan menangis di hadapannya, tapi aku malu. Aku takut.
Rahdy pun berlalu dari hadapanku, menuju gerombolan teman-temannya. Aku kembali hanya bisa menatap punggungnya. Hening.
Mungkin benar, cinta ini hanya cinta sesaat yang dengan mudahnya bisa hilang. Dan mungkin juga, tidak hanya aku yang merasakannya. Cinta yang tak berbalas, yang tulus dari hati. Namun seperti itulah orang yang mencintai dalam diam. Tulus. Tak berbalas.
Ini hanya sekedar bagian dari fase kehidupan. Yang akan dengan cepatnya berlalu, namun tetap menimbulkan bekas yang dalam. Siapa tahu suatu hari nanti aku bisa dekat lagi dengan dia, walaupun hanya teman biasa. Lagu ‘Pemuja Rahasia’nya Sheila On 7 terdengar mengalun pelan.

0 komentar:

Posting Komentar